KIAT SEDERHANA TANGKAL RADIKAL BEBAS
Dalam dua dasawarsa terakhir, pemahaman mengenai mekanisme
gangguan kesehatan berkembang, terutama yang berhubungan dengan penyakit degeneratif. Maka pemahaman seputar radikal bebas dan antioksidan pun berkembang lebih luas.
Proses metabolisme tubuh selalu diiringi pembentukan radikal bebas, yakni molekul-molekul
yang sangat reaktif. Molekul-molekul tersebut memasuki sel dan
“meloncat-loncat” di dalamnya. Mencari, lalu “mencuri” satu elektron
dari molekul lain untuk dijadikan pasangan. Pembentukan radikal bebas
dalam tubuh pada hakikatnya adalah suatu kejadian normal, bahkan
terbentuk secara kontinyu karena dibutuhkan untuk proses tertentu, di
antaranya oksidasi lipida.
Tanpa produksi radikal bebas, kehidupan tidaklah mungkin
terjadi. Radikal bebas berperan penting pada ketahanan terhadap jasad renik. Dalam hati dibentuk radikal bebas secara enzimatis dengan maksud memanfaatkan toksisitasnya untuk merombak obat-obatan dan zat-zat asing yang beracun.
Namun pembentukan radikal bebas yang berlebihan malah
menjadi bumerang bagi sel tubuh, karena sifatnya yang aktif mencari
satu elektron untuk dijadikan pasangan. Dalam pencariannya, membran
sel dijebol dan inti sel dicederai. Aksi ini dapat mempercepat proses
penuaan jaringan, cacat DNA serta pembentukan sel-sel tumor. Radikal bebas juga “dituding” dalam proses pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Tubuh memerlukan bala bantuan untuk mengendalikan jumlah
radikal bebas yang melampaui kebutuhan itu, yaitu antioksidan yang
sebenarnya sudah terbentuk secara alamiah oleh tubuh. Berdasarkan
sifatnya, antioksidan mudah dioksidasi (menyerahkan elektron), sehingga
radikal bebas tak lagi aktif mencari pasangan elektronnya.
Unsur antioksidan yang terpenting adalah yang berasal dari vitamin C,
E dan A serta enzim alamiah. Demi memenuhi tuntunan itu, berbagai
upaya dilakukan, misalnya dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan
sayur yang kaya akan vitamin dan mineral tertentu. Ada pula yang
menempuh cara lebih praktis, yaitu mengonsumsi suplemen, baik yang berbahan dasar alami maupun yang sintetis.http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1516084297539738335#editor/target=post;postID=4787256960754733788;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link
Belum banyak yang memahami benar seberapa banyak kebutuhan
tubuh kita akan vitamin A, C dan E yang dikelompokkan sebagai
antioksidan. Sebagai contoh masih terdapat perbedaan pendapat tentang dosis Vitamin C
yang perlu dikonsumsi setiap hari. Sebagian pakar merekomendasikan
cukup 60–70 mg, dengan alasan cukup untuk kebutuhan setiap hari. Jika
mengonsumsi berlebih akan terbuang dalam urin. Sedangkan yang lain menganjurkannya 500–1.000 mg agar Vitamin C bukan sekedar memenuhi kebutuhan tubuh untuk stimulasi proses metabolisme, tetapi benar-benar dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Beberapa pakar nutrisi berpendapat, bahwa kecukupan antioksidan dapat diperoleh dengan cara menjaga pola makan bergizi seimbang.
Namun, pada kenyatannya tidak banyak yang dapat melakukannya setiap
hari. Sebagai contoh, bagi kalangan berpendapatan kelas menengah-bawah
buah-buahan yang dijual pada umumnya relatif mahal, sehingga kebutuhan
akan vitamin yang tergolong anti oksidan menjadi berkurang. Mereka
berpendapat dapat digantikan dengan suplemen yang lebih murah.
Namun keunggulan suplemen ini tetap kalah jika dibandingkan dengan
makanan alami, karena pada yang alami terdapat vito chemicals, yaitu sekumpulan bahan-bahan kimia yang mempunyai fungsi belum diketahui secara rinci.
Ada pula yang berpendapat, dalam mengonsumsi suplemen,
mengambil dosis yang moderat, artinya tidak menggunakan vitamin dengan
dosis terlalu tinggi, contohnya 500 mg Vitamin C setiap hari.
Penggunaan dosis tinggi dianggap tidak baik bagi kesehatan, apalagi
digunakan dalam jangka panjang. “Beberapa studi menunjukkan, dosis
terlalu tinggi mengubah sifat antioksidan menjadi prooksidan,”
peringatan dr Benny Soegianto, MPH. (alm) dalam sebuah wawancara
dengan reporter majalah kesehatan tujuh tahun silam. Kendatipun
demikian sampai saat ini masih banyak konsumen yang tergoda untuk rutin
memakai dosis tinggi karena terbuai janji khasiatnya sebagai
penghambat proses penuaan.
Tubuh kita sendiri, lanjut dr Benny seringkali mampu memberikan sinyal kekurangan vitamin
tertentu. Sebagai contoh, jika Vitamin B dan C dalam kurun waktu
tertentu tidak cukup dikonsumsi dan tubuh sedang bekerja keras, maka
akan timbul sariawan dan tubuh akan terasa pegal. Oleh karenanya kecukupan kedua macam vitamin tersebut perlu dijaga dengan cara–suka tidak suka- mengonsumsi buah segar setiap hari dalam porsi yang memadai.
rahmatika yulia
CSE
Loading
Rabu, 15 Januari 2014
Selasa, 14 Januari 2014
Laporan Akhir Penelitian
Pengaruh Pemberian Tablet Fe kepada Ibu Hamil dalam Rangka Penurunan Prevalensi
Anemia di Kota Padang Tahun 2013
Oleh :
Rahmatika Yulia
1.B
132110172
PRODI D-III GIZI
POLTEKES KEMENKES RI
PADANG
T.A 2013/2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang penelitian
Anemia adalah salah satu dari 4 masalah gizi utama di Indonesia, disamping KVA, GAKY,dan KEP. Prevalensi anemia banyak dijumpai pada golongan ibu hamil, balita, anak sekola, remaja dan pekerja berat berpenghasilan rendah. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum juga menampakkan hasil sebagaimana diharapkan. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1992 sebesar 55 % dan tahun 2007 masih di atas 50 %. Sayuran sebagai sumber Fe untuk pembentukan hemoglobin darah sulit diharapapkan oleh karane daya serap Fe Non Heme yang sangat rendah. Jika dilakukan pemenuhan kebutuhan Fe dari pangan hewani harganya relatif lebih mahal.
Anemi apada bumil jika tidak diatasi segera bisa menyebakna BBLR, pendarahan sewaktu kehamilan dan persalinan yang berakibat fatal pada ibu dan janin.
Oleh karena itu telah dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak pendistribusian tablet Fe kepada ibu hamil melalui media arisan ibu hamil yang ada di Posyandu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serapan Fe yang didistribusikan kepada ibu hamil setiap bulan, mengidentifikasi keluhan yang tibul akibat mengkonsumsi tablet Fe dan mengetahui kadar Hb sebelum dan sesudah dilakukan penelitian.
Anemia adalah salah satu dari 4 masalah gizi utama di Indonesia, disamping KVA, GAKY,dan KEP. Prevalensi anemia banyak dijumpai pada golongan ibu hamil, balita, anak sekola, remaja dan pekerja berat berpenghasilan rendah. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum juga menampakkan hasil sebagaimana diharapkan. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1992 sebesar 55 % dan tahun 2007 masih di atas 50 %. Sayuran sebagai sumber Fe untuk pembentukan hemoglobin darah sulit diharapapkan oleh karane daya serap Fe Non Heme yang sangat rendah. Jika dilakukan pemenuhan kebutuhan Fe dari pangan hewani harganya relatif lebih mahal.
Anemi apada bumil jika tidak diatasi segera bisa menyebakna BBLR, pendarahan sewaktu kehamilan dan persalinan yang berakibat fatal pada ibu dan janin.
Oleh karena itu telah dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak pendistribusian tablet Fe kepada ibu hamil melalui media arisan ibu hamil yang ada di Posyandu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serapan Fe yang didistribusikan kepada ibu hamil setiap bulan, mengidentifikasi keluhan yang tibul akibat mengkonsumsi tablet Fe dan mengetahui kadar Hb sebelum dan sesudah dilakukan penelitian.
2. Bahan dan Cara
Penelitian dilakukan di 2 kecamatan di Kota Padang. Salah satu kecamatan dijadikan sebagai kecamatan perlakukan dan 1 kecamatan lagi sebagai kecamatan kontrol. Adapun penelitian ini dilakukan dengan disain quasi eksperimental.
Pada penelitian pendahuluan telah dilakukan baseline data prevalensi anemia pada seluruh ibu hamil di kedua kecamatan. Di Kecamatan A, dari 125 ibu hamil diketahui rata-rata kadar Hb di semua sampel adalah 9,7 mg/dl, sementara dari 150 bumil di Kecamatan B rata-rata kadar Hb nya adalah 10,1 mg/dl. Berdasaarkan kriteria Depkes, seorang ibu hamil dikatakan anemia bila kada Hbnya < 11 mg/dl, maka di Kecamatan A terdapat 75 orang dengan kada Hb kurang 11 mg/dl dan di kecamatan B sebanyak 60 orang.
Pada tahap selanjutnya dipilih sebanyak 50 orang dari setiap kecamatan akan dijadikan subjek penelitian, dimana 50 orang dari Kecamatan A sebagai kelompok perlakukan dan 50 bumil dari Kecamatan B sebagai kelompok kontrol. Semua ibu hamil baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol memiliki usia kehamilan 6 bulan atau kurang.
Pada tahap pelaksanaan penelitian, kepada kelompok perlakuan diberikan tablet Fe sebanyak 90 biji yang dibagi ke dalam 3 kali pemberian, dimana 1 kali pemberian untuk konsumsi selama sebulan. Jadi perlakuan penelitian ini selama 3 bulann. Setiap akhir bulan dilakukan pengukuran kadar Hb. Sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan preparat placebo yang bentuk dan kemasannya sama dengan yang diberikan kepada kelompok perlakuan, namun kosong Fe.
Kadar Hb darah ditentukan dengan metode cyanmethohemoglobin tidak langsung menggunakan kertas lakmus kemudian diperiksa kadar Hbnya di Labkesda setempat.
Dalam pelaksanaan, Peneliti melibatkan staf puskesmas dan kader posyandu untuk mengumpulkan subjek dan membagikan tablet Fe. Untuk melakukan penilaian konsumsi melibatkan Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Padang dan untuk pengambilan darah dan pemeriksaan kada Hb melibatkan laboran dari Labkesda.
Penelitian dilakukan di 2 kecamatan di Kota Padang. Salah satu kecamatan dijadikan sebagai kecamatan perlakukan dan 1 kecamatan lagi sebagai kecamatan kontrol. Adapun penelitian ini dilakukan dengan disain quasi eksperimental.
Pada penelitian pendahuluan telah dilakukan baseline data prevalensi anemia pada seluruh ibu hamil di kedua kecamatan. Di Kecamatan A, dari 125 ibu hamil diketahui rata-rata kadar Hb di semua sampel adalah 9,7 mg/dl, sementara dari 150 bumil di Kecamatan B rata-rata kadar Hb nya adalah 10,1 mg/dl. Berdasaarkan kriteria Depkes, seorang ibu hamil dikatakan anemia bila kada Hbnya < 11 mg/dl, maka di Kecamatan A terdapat 75 orang dengan kada Hb kurang 11 mg/dl dan di kecamatan B sebanyak 60 orang.
Pada tahap selanjutnya dipilih sebanyak 50 orang dari setiap kecamatan akan dijadikan subjek penelitian, dimana 50 orang dari Kecamatan A sebagai kelompok perlakukan dan 50 bumil dari Kecamatan B sebagai kelompok kontrol. Semua ibu hamil baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol memiliki usia kehamilan 6 bulan atau kurang.
Pada tahap pelaksanaan penelitian, kepada kelompok perlakuan diberikan tablet Fe sebanyak 90 biji yang dibagi ke dalam 3 kali pemberian, dimana 1 kali pemberian untuk konsumsi selama sebulan. Jadi perlakuan penelitian ini selama 3 bulann. Setiap akhir bulan dilakukan pengukuran kadar Hb. Sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan preparat placebo yang bentuk dan kemasannya sama dengan yang diberikan kepada kelompok perlakuan, namun kosong Fe.
Kadar Hb darah ditentukan dengan metode cyanmethohemoglobin tidak langsung menggunakan kertas lakmus kemudian diperiksa kadar Hbnya di Labkesda setempat.
Dalam pelaksanaan, Peneliti melibatkan staf puskesmas dan kader posyandu untuk mengumpulkan subjek dan membagikan tablet Fe. Untuk melakukan penilaian konsumsi melibatkan Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Padang dan untuk pengambilan darah dan pemeriksaan kada Hb melibatkan laboran dari Labkesda.
No.
|
Tahun
|
Jumlah
|
1
|
1992
|
55
%
|
2
|
2007
|
50
%
|
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah diketahui
|
Rata-rata kadar Hb
|
<11 mg/dl
|
1.
|
Kecamatan A
|
125 orang
|
9,7 mg/dl
|
75 orang
|
2.
|
Kecamatan B
|
150 orang
|
10,1 mg/dl
|
60 orang
|
Jumlah
|
225 orang
|
19,8 mg/dl
|
135 orang
|
Daftar Tabel dan Grafik
BAB II
PEMBAHSAN
Hasil Dan Bahasan
1.
Gambaran umum sampel
Berdasarkan pengolahan data karakteristik sampel dapat diketahui tingkat pendidikan sampel sebagai berikut : Tamat SD/Tidak Sekolah sebanyak 25 orang (15 orang pada kelompok perlakuakn dan 10 orang pada kelompok kontrol. Tamat SLTP 30 orang (10 org klp perlakuan). Tamat SLTA 40 orang (18 orang pada kelompok kontrol). Sedangkan berpendidikan Sarjana hanya 5 orang (3 orang pada kelompok perlakuan).
Umur responden rata-rata adalah 24 tahun dimana rata-rata umur sampel pada kedua kelompok hampir sama. Pada umumnya sampel sebagai ibu rumah tangga dan hanya 25 orang yang bekerja di luar rumah, 15 orang dari kelompok perlakuan dan 10 orang dari kelompok kontrol.
Berdasarkan pengolahan data karakteristik sampel dapat diketahui tingkat pendidikan sampel sebagai berikut : Tamat SD/Tidak Sekolah sebanyak 25 orang (15 orang pada kelompok perlakuakn dan 10 orang pada kelompok kontrol. Tamat SLTP 30 orang (10 org klp perlakuan). Tamat SLTA 40 orang (18 orang pada kelompok kontrol). Sedangkan berpendidikan Sarjana hanya 5 orang (3 orang pada kelompok perlakuan).
Umur responden rata-rata adalah 24 tahun dimana rata-rata umur sampel pada kedua kelompok hampir sama. Pada umumnya sampel sebagai ibu rumah tangga dan hanya 25 orang yang bekerja di luar rumah, 15 orang dari kelompok perlakuan dan 10 orang dari kelompok kontrol.
tabel.1 Gambaran Umum Sampel
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jenis Kelompok
|
Jumlah
|
|
Kelompok
Perlakuan
|
Kelompok
Kontrol
|
|||
1
|
SD/Tidak Tamat
|
15 orang
|
10 orang
|
25 orang
|
2
|
SLTP
|
10 orang
|
20 orang
|
30 orang
|
3
|
SLTA
|
22 orang
|
18 orang
|
40 orang
|
4
|
Sarjana
|
3 orang
|
2 orang
|
5 orang
|
5
|
Ibu rumah
tangga
|
15 orang
|
10 orang
|
25 orang
|
Total…
|
65 orang
|
60 orang
|
125 orang
|
grafik.1 Gambaran Umum Sampel
2.
Distribusi Tablet Fe.
Setiap bulan (3 kali selama penelitian) ibu-ibu subjek penelitian diberikan sebungkus (isi 30 biji) bahan perlakuan dimana tablet Fe untuk kelompok perlakuan dan placebo untuk kelompok kontrol. Setiap akhir bulan dilakukan pemantauan sisa tablet. Sampel dikatakan memiliki sisa apabila lebih dari 5 tablet atau lebih yang tidak dihabiskan/tidak diminum. Hasil pemantauan sisa tablet adalah sebagai berikut : Bulan I 3 orang pada kelompok perlakuan dan 4 orang pada kelompok kontrol menyisakan tablet. Pada bulan kedua terjadi kenaikan jumlah subjek yang menyisakan tablet yaitu 7 orang pada kelompok perlakuan dan 9 orang pada kelompok kontrol. Dan pada akhir bulan ketiga kembali menurun dimana hanya 2 orang pada kelompok perlakuan dan 2 orang juga pada kelompok kontrol. Pada setiap bulan sampel yang bersisa tabletnya berbeda-beda, sehingga disimpulkan sisa tablet tidak memberi pengaruh signifikans terhadap perubahan kadar Hb dalam darah.
Setiap bulan (3 kali selama penelitian) ibu-ibu subjek penelitian diberikan sebungkus (isi 30 biji) bahan perlakuan dimana tablet Fe untuk kelompok perlakuan dan placebo untuk kelompok kontrol. Setiap akhir bulan dilakukan pemantauan sisa tablet. Sampel dikatakan memiliki sisa apabila lebih dari 5 tablet atau lebih yang tidak dihabiskan/tidak diminum. Hasil pemantauan sisa tablet adalah sebagai berikut : Bulan I 3 orang pada kelompok perlakuan dan 4 orang pada kelompok kontrol menyisakan tablet. Pada bulan kedua terjadi kenaikan jumlah subjek yang menyisakan tablet yaitu 7 orang pada kelompok perlakuan dan 9 orang pada kelompok kontrol. Dan pada akhir bulan ketiga kembali menurun dimana hanya 2 orang pada kelompok perlakuan dan 2 orang juga pada kelompok kontrol. Pada setiap bulan sampel yang bersisa tabletnya berbeda-beda, sehingga disimpulkan sisa tablet tidak memberi pengaruh signifikans terhadap perubahan kadar Hb dalam darah.
tabel.2 Distribusi Tablet Fe
No.
|
Bulan
|
Jenis kelompok
|
|
Kelompok
Perlakuan (Fe)
|
Kelompok
Konrol (Placebo)
|
||
1.
|
Bulan
I
|
3
orang
|
4
orang
|
2.
|
Bulan
II
|
7
orang
|
9
orang
|
3.
|
Bulan
III
|
2
orang
|
2
orang
|
|
Total
|
12
orang
|
15
orang
|
grafik.2 Distribusi Tablet Fe
3.
Prevalensi Anemia
Setelah dilakukan 4 kali pengukuran kadar Hb, di awal, akhir bulan pertama, kedua dan akhir bulan ketiga terdapat perbedaan rata-rata kadar Hb di kedua kelompok penelitian. Pada awal penelitian kedua kelompok adalah anemia semuanya berdasarkan kriteria Depkes. Pada pemeriksaan akhir bulan pertama sebanyak 5 orang pada kelompok perlakuan tidak anemia lagi dan 1 orang pada kelompok kontrol tidak anemia. Berturut pada pemeriksaan bulan kedua dan ketiga jumlah yang tidak anemia pada kelompok perlakuan adalah 15 dan 25 orang, dan pada kelompok kontrol 10 dan 10 orang. Artinya pada kelompok kontrol jumlah yang tidak anemia lagi tetap yaitu 10 orang sedangkan pada kelompok perlakuan yang tidak anemia tersisa separonya saja (25 orang dari 50 orang kelompok perlakuan.
Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan kadar hb yang signifikans (p<0,05) antara pemeriksaan akhir bulan pertama, kedua dan ketiga pada kelompok perlakuan, namun tidak pada kelompok kontrol. Uji statistik non parametrik chi-square juga memperlihatkan terjadi penurunan prevalensi anemia yang signifikans Bpada kelompok perlakuan dan tidak pada kelompok kontrol. Hal ini akan lebih baik lagi apabila semua sampel menghabiskan semua tablet Fe yang diberikan kepadanya. Penurunan prevalensi anemia juga terjadi pada kelomok kontrol, tidak hanya pada kelompok perlakuan. Hal inni kemungkinan terpengaruh oleh suasana penelitian atau distorsi informasi yang terjadi karena keterlibatan subjek dalam penelitian akan mempengaruhi pola makan keseharian mereka di rumah tangganya.
Setelah dilakukan 4 kali pengukuran kadar Hb, di awal, akhir bulan pertama, kedua dan akhir bulan ketiga terdapat perbedaan rata-rata kadar Hb di kedua kelompok penelitian. Pada awal penelitian kedua kelompok adalah anemia semuanya berdasarkan kriteria Depkes. Pada pemeriksaan akhir bulan pertama sebanyak 5 orang pada kelompok perlakuan tidak anemia lagi dan 1 orang pada kelompok kontrol tidak anemia. Berturut pada pemeriksaan bulan kedua dan ketiga jumlah yang tidak anemia pada kelompok perlakuan adalah 15 dan 25 orang, dan pada kelompok kontrol 10 dan 10 orang. Artinya pada kelompok kontrol jumlah yang tidak anemia lagi tetap yaitu 10 orang sedangkan pada kelompok perlakuan yang tidak anemia tersisa separonya saja (25 orang dari 50 orang kelompok perlakuan.
Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan kadar hb yang signifikans (p<0,05) antara pemeriksaan akhir bulan pertama, kedua dan ketiga pada kelompok perlakuan, namun tidak pada kelompok kontrol. Uji statistik non parametrik chi-square juga memperlihatkan terjadi penurunan prevalensi anemia yang signifikans Bpada kelompok perlakuan dan tidak pada kelompok kontrol. Hal ini akan lebih baik lagi apabila semua sampel menghabiskan semua tablet Fe yang diberikan kepadanya. Penurunan prevalensi anemia juga terjadi pada kelomok kontrol, tidak hanya pada kelompok perlakuan. Hal inni kemungkinan terpengaruh oleh suasana penelitian atau distorsi informasi yang terjadi karena keterlibatan subjek dalam penelitian akan mempengaruhi pola makan keseharian mereka di rumah tangganya.
tabel.3
Pravelensi Anemia
No.
|
Bulan
|
Yang
tidak anemia
|
|
Kelp.
Perlakuan
|
Kelp.
kontrol
|
||
1
|
Akhir
bulan I
|
5
orang
|
1
orang
|
2
|
Akhir
bulan II
|
15
orang
|
10
orang
|
3
|
Akhir
bulan III
|
25
orang
|
10
orang
|
grafik.3 Pravelensi Anemia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tablet Fe sebanya 90 buir selama kemailan dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah sehingga prevalensi anemia menurun secara drastis sebanyak 50 % selama 3 bulan.
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tablet Fe sebanya 90 buir selama kemailan dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah sehingga prevalensi anemia menurun secara drastis sebanyak 50 % selama 3 bulan.
B. Saran
Disarankan
untuk penelitian lebih lanjut dengan ikut mempertimbangkan variabel pengganggu
penyerapan Fe dalam tubuh seperti kuning telur dan teh serta zat yang dapat
meningkatkan serapan Fe seperti vitamin C.
Langganan:
Postingan (Atom)